ACARA I
DESAIN TERAS
1.1 PENDAHULUAN
Terasering
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya erosi. Teraseing sering
digunakan pada daerah atau kawasan berbukit dan rawan longsor. Dengan
terasering dapat menghambat terkikisnya tanah oleh aliran air hujan. Teras
sering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman dengan
system yang bertingkat-tingkat. Lahan yang paling cocok dan pas digunakan untuk
terassering adalah lahan yang bentuknya miring.
Lahan
seperti ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan. Bentuk tanah atau lahan
yang miring akan memudahkan kita untuk membuat konsep penataan , karewna
tinggal menyusaikan derajat kemiringan tersebut, namun demikian bukan berarti
lahan yang bentuknya datar tidak bisa digunakan untuk membuat taman seperti ini
. Ada banyak keutungan jika menggunakan konsep seperti ini. Hanya saja utuk
daerah taman yang datar, lebih banyak membutuhkan lahan untuk mengaplikasikan
teras sering ini.
Lahan
miring di daerah perbukitan dibuat undak-undak atau terasering. Usaha ini
dimaksudkan agar limpasan dari daerah puncak (atas) tidak mengalir deras
melewati lereng lahan. Seandainya aliran air sangat deras melewati lahan miring
maka lapisan tanahnya tererosi dan air tidak memiliki kesempatan meresap ke
dalam tanah. Akibatnya, lahan menjadi gundul dan gersang karena lapisan tanah
hilang dan air tanah menyusut. Jadi, terasering mencegah erosi tanah dan
memberi kesempatan air meresap ke dalam tanah hingga degradasi lahan pun bisa
dicegah.
Lahan yang
ada di Indonesia tidak semuanya memiliki topografi yang datar,melainkan ada
lahan yang mempunyai topografi lereng, berbukit dan miring.Sehingga dari masing
± masing lahan tersebut perlu adanya perlakuan ± perlakuankhusus yang diberikan
supaya usaha pertanian yang dilakukan pada lahan tersebuttidak merusak kondisi
lahan dan lingkungan yang ada. Maka dari itu untuk kondisi lahan tersebut
sering dilakukan perlakuan dengan pembuatan teras, baik berupa teras
bangku, teras kredit ataupun teras gulud.Dalam pembuatan teras perlu dilakukan
pengukuran tingkat kemiringanlahan, supaya nantinya dapat mempermudah dalam
penentuan ukuran luasanteras
1.2 Tujuan dan kegunaan praktikum
Tujuan dari
praktikum ini yaitu dapat mencegah terjadinya erosi untuk lahan perbukitan dan
memperbaiki serta mempertahankan sekaligus meningkatkan kelestarian sumberdaya
lahan pertanian yang potensial pada lahan perbukitan.
Kegunaan dari praktikum yaitu untuk mengetahui manfaat
terassering pada lahan perbukitan dan laju erosi pada lahan tersebut . sehingga
dapat mengetahui bagaimana solusi untuk pencegahan erosi untuk lahan miring
didaerah perbukitan dan bagaimana cara untuk pembuatan terassering yang baik
untuk daerah tersebut, agar dapat ditanamai tanaman yang cocok untuk daerah
perbukitan , sehingga dapat menekan laju erosi pada lahan yang telah
dikunjungi.
1.3 Tempat dan tanggal praktikum
Adapun tempat dan tanggal praktikum yang
dilaksanakan pada :
Tempat : Desa kekait , kecamatan
gunung sari , kabupaten Lombok barat.
Tanggal : 9 Desember 2012
1.4 Tinjauan pustaka
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah,
guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan
air yang tegak lurus kontur. (Yuliarta et al., 2002).
Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi
tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan
atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah
melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan
tanah berkurang.
Terassering
adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman dengan system yang
bertingkat-tingkat. Lahan yang paling cocok dan pas digunakan untuk terassering
adalah lahan yang bentuknya miring. Lahan seperti ini biasanya ditemukan
didaerah perbukitan. Bentuk tanah atau lahan yang miring akan memudahkan kita
untuk membuat konsep penataan , karewna tinggal menyusaikan derajat kemiringan
tersebut, namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya datar tidak bisa
digunakan untuk membuat terassering . Ada banyak keutungan jika menggunakan
konsep seperti ini (Arsyad, S. 1986).
Teras berfungsi mengurangi panjang
lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi
berkurang. (Arsyad, 1989).
Tanah merupakan
suatu hasil proses alam yang terdiri dari fase padat, cair dan gas dengan
ketebalan bervariasi dari beberapa cm hingga beberapa m yang menyelimuti
permukaan bumi. Tanah juga merupakan sumberdaya alam yang berperan sangat
penting bagi kehidupan manusia seperti tempat berpijak, mendirikan bangunan
serta memenuhi berbagai kebutuhan manusia seperti misalnya kebutuhan yang
berasal dari flora dan fauna yang hidup diatasnya untuk memenuhi kebuhuan
pangan, sandang, bahan baku industri, obat-obatan, perumahan, dll.
1.5 Pembahasan
Praktikum
konservasi tanah dan air ini pada acara pertama yaitu tentang desain teras,
praktikum ini kami lakukan di kabupaten Lombok barat tepatnya didesa kekait
kecamatan gunung sari. Kekait merupakan salah satu desa
yang ada di kecamatan Gunung Sari,
kabupaten
Lombok Barat,
provinsi
Nusa Tenggara Barat,
Indonesia.
Desa merupakan satu dari 12 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Gunung
Sari. Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang beriklim tropis, dengan dua
musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara April hingga Agustus, dan
musim hujan antara bulan September hingga Maret
Sebelumnya
kami akan membahas teras merupakan bangunan konservasi tanah dan air
yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama
berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat
pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air
(SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. Pada daerah kekait ini kami
mengunjungi daerah perbukitan yang merupakan kawasan perkebunan dengan memiliki
jenis tanah ensptisol yaitu tanah yang kaya akan unsur N dan merupakan tanah
yang muda / baru. Terdapat pada lahan ini adalah berupa teras bangku dimana
desainnya yaitu diatur dengan sebagian rupa yaitu menyempit pada bagian paling
atas dan melebar sampai dibagian bawah lahan. Pembuatan teras ini juga
memperhatikan kontur tanah,karena itulah terasnya dibuat menyempit diatas
hingga melebar sampai dibagian bawah. Teras
bangku dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 8-30%. Teras bangku memiliki
bentuk khas, antar bidang olah teras dibatasi oleh terjunan. Teras bangku
terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bidang olah, talut, guludan atau
galengan dan saluran pembuangan air.
Pada lahan ini memiliki teras
yang pendek yaitu teras bangku,kemiringan 45 – 50 %, merupakan Pada kemiringan seperti ini tidak
dianjurkan sebagai lahan pertanian melainkan sebagai wilayah hutan dengan di
tanami pohon-pohon keras, rumput-rumputan dan semak belukar semuanya tetap
dibiarkan subur dengan hal ini erosi dari atas dapat di perkecil.
Pada lahan ini erosinya sangat kecil dan kandungan
lengas tanahnya tinggi, dapat digunakan untuk tanaman sela, kunyit,
umbi-umbian, mempunyai perakaran yang dalam, terdapat adanya tanaman tahunan
seperti kopi, mangga, dan kelapa yang berperan dapat mengurangi erosi dan laju
air, infiltrasinya tinggi, daaerah ini juga dapat digunakan untuk pemanfaatan
lahan, untuk tanaman semusim seperti padi tidak dapat digunakan pada lahan ini.
Jarak antar teras yang satu dengan yang lain adalah 1,5 Panjang antar teras kurang
lebih 2cm, tinggi 32cm, gradient 36/150. Semakin panjang teras, slopnya semakin
kecil pada daerah yang terjal. Tanaman sela yang ditanam tidak membutuhkan
cahaya yang tinggi.
1.6 Kesimpulan dan saran
Adapun
kesimpulan dari laporan ini adalah pada kawasan perbukitan yang kita kunjungi
merupakan lahan perkebunan dengan memiliki desain teras yang tidak beraturan
dan menyempit, adapun teras yang digunakan yaitu teras bangku dan berfungsi
untuk menahan laju erosi dan air, namun diketahui erosinya tidak begitu besar
(sangat kecil). Dan daerah ini juga digunakan untuk pemanfaatan lahan, sehingga
dapat mempertahankan dan meningkatkan kelestarian sumberdaya lahan
pertanian yang potensial pada lahan perbukitan ini.
Adapun saran yang dapat praktikan
sampaikan yaitu lebih ditingkatkan dan diperhatikan desain teras yang ada pada
kawasan tersebut, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan kelestarian sumberdaya lahan pertanian yang potensial pada lahan perbukitan
ini.
ACARA II
HUBUNGAN TANAMAN DENGAN EROSI
2.1 Pendahuluan
Kabupaten Lombok Utara beriklim tropis
yang dipengaruhi oleh tekanan udara pada garis khatulistiwa dan angin dari arah
Barat dan selatan dengan kecepatan rara-rata 4,8 Km/jam. Rata-rata curah hujan
per bulan Tahun 2008 sekitar 147,67 mm. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi
pada akhir dan awal tahun, yaitu pada bulan-bulan November dan Desember serta
Januari hingga Februari. Jumlah hari hujan pada bulan-bulan musim hujan
tersebut juga berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut, Kabupaten Lombok Utara
memiliki dua musim, yaitu musim hujan sekitar bulan Oktober sampai bulan Mei
dan musim kemarau pada bulan Juni hingga September.
Sedangkan suhu udara rata-rata pada
tahun 2008 adalah 27oC seiring dengan musim yaitu jika musim kemarau
suhu akan meningkat yaitu suhunya berkisar antara 27,1 – 27,4o C
sedangkan pada musim penghujan, suhu akan turun yaitu suhunya antara 24,8 –
26,8oC.
Pada dasarnya
erosi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: 1) Energi meliputi hujan, air
limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng, 2). Ketahanan: erodibilitas
tanah ( ditentukan sifat fisik dan kimia tanah), dan 3) Proteksi, penutupan
tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan
konservasi.
Kelompok energi
merupakan kemampuan potensial dari hujan, limpasan permukaan dan/atau angin
untuk menyebabkan erosi, energi kinetik air hujan dan limpasan permukaan
merupakan unsur-unsur terpenting dalam kelompok energi penyebab erosi. Faktor hujan yang mempengaruhi erosi adalah
intensitas hujan, lama hujan dan besarnya ukuran butiran air hujan. Hal ini disebabkan karena dalam proses erosi,
energi kinetik merupakan penyebab utama penghancuran agregat-agregat tanah.
Besarnya energi
kinetik tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya
hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir
hujan itu sendiri ditentukan oleh ukuran butir-butir hujan dan angin. Makin besar
ukuran butir hujan, momentum akibat jatuhnya butir-butir hujan semakin
meningkat khususnya pada saat energi kinetik mencapai maksimum, yaitu pada
intensitas hujan antara 50-100 mm/jam dan di atas 250 mm/jam. Dengan demikian kekuatan utuk merusak tanah
semakin meningkat.
2.2 Tujuan dan kegunaan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penyerapan akar tanaman terhadap laju
erosi pada daerah dengan tingkat kemiringan tinggi, khususnya pada daerah Pusuk
dengan kemiringan terjal.
Adapun kegunaan dari
praktikum ini adalah dapat melihat keseluruhan sumber daya lahan, yang mencakup
kelestarian produktivitas tanah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
mendukung keseimbangan ekosistem yang berada didaerah tersebut. Pentingnya
kegunaan hubungan tanaman dan erosi dapat dilihat dari pemanfaatan sistem
perakaran tanaman yang mampu menyerap air dalam tanah, serta sabagai penahan
laju erosi yang besar.
2.3 Tempat dan tanggal praktikum
Adapun
tempat dan tanggal praktikum yang dilaksanakan pada :
Tempat
: Desa pusuk , kabupaten Lombok utara.
Tanggal : 9 Desember 2012
2.4 Tinjauan pustaka
Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya atau terkikisnya
tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh
pergerakan air, angin dan/atau es. Jenis-jenis erosi ada 2, yaitu 1) erosi yang
terjadi secara alami dimana tanah mengalami pengikisan atau erosi. Erosi ini sering disebut dengan erosi geologi
atau geologigal erosion. Erosi ini tidak berbahaya karena lajunya
seimbang dengan pembentukan tanah di tempat terjadinya erosi tersebut. 2) Erosi
yang terjadi akibat adanya perubahan pola penutupan tanah, dari pola alami
menjadi pola buatan manusia (campur tangan manusia). Erosi ini dikenal sebagai Erosi dapat
dibedakan karena kenampakan lahan akibat erosi itu sendiri. Atas dasar itu erosi dibedakan atas 1) erosi
percikan (splash erosion), 2) erosi lembar (sheet erosion), 3) erosi alur (rill
erosion), 4) erosi selokan (gully erosion), 5 erosi tanah longsor (land slide)
dan 6) erosi pinggir sungai (stream bank erosion
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah
dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan
konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman
pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian
meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah
digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.
Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi,
menggunakan teknik semisal terrace-building,
praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian
yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang
lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat
menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan
kehilangan air secara serentak.
2.5 Pembahasan
Pada praktikum ini kita
akan membahas tentang hubungan erosi dengan tanah, praktikum ini bertempat
kawasan pusuk kabupaten Lombok utara tepatnya dikawasan hutan lindung. Kabupaten
Lombok Utara beriklim tropis yang dipengaruhi oleh tekanan udara pada garis
khatulistiwa dan angin dari arah Barat dan selatan dengan kecepatan rara-rata
4,8 Km/jam. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada akhir dan awal tahun,
yaitu pada bulan-bulan November dan Desember serta Januari hingga Februari. Sedangkan suhu
udara rata-rata pada tahun 2008 adalah 27oC seiring dengan musim
yaitu jika musim kemarau suhu akan meningkat yaitu suhunya berkisar antara 27,1
– 27,4o C sedangkan pada musim penghujan, suhu akan turun yaitu suhunya
antara 24,8 – 26,8oC.
Dua puluh tahun
sebelumnya kawasan ini merupakan kawasan hutan , dan pembentukan sepuluh tahun
yang lalu merupakan tempat penanaman tanaman tahunan dan semusim (agroforestry)
tanaman ketapang. Hujan yang besar dapat menyebabkan terjadi tanah longsor
karena perakaran tanah yang ada pada kawasan hutan lindung tersebuat tidak
mampu untuk menahan laju air dan erosi, jenis tanah yang terdapat dalam hutan
ini yaitu tanah entiseptisol, dan merupakan lahan vegetatif tanaman tertutup
dan vegetative tanaman terbuka. Adapun
cirinya terdapat pohon pisang, yang dapat menyebabkann terjadi erosi
percikan apabila hujan besar. Erosi percikan terjadi pada awal
hujan. Inetnsitas erosi percikan
juga meningkat dengan adanya air genangan
tetapi etelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali butir hujan, erosi
percikan minimum. Pada saat inilah
proses erosi lembaran dimulai.
Hubungan antar daun dan
batang dapat menyebabkan limpasan yang tinggi, dan kawasan ini merupakan hutan
lindung, jika terjadi erosi menyebabkan adanya energy kinetic. Besarnya energi
kinetik tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya
hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir
hujan itu sendiri ditentukan oleh ukuran butir-butir hujan dan angin. Menurut Arsyad S (1989) berpendapat
bahwa interaksi antara butir-butir hujan, kecepatan hujan, bentuk butir hujan,
lamanya hujan dan kecepatan angin secara kolektif mempengaruhi kekuatan hujan
untuk menimbulkan erosi. Makin besar
ukuran butir hujan, momentum akibat jatuhnya butir-butir hujan semakin
meningkat khususnya pada saat energi kinetik mencapai maksimum, yaitu pada
intensitas hujan antara 50-100 mm/jam dan di atas 250 mm/jam. Dengan demikian kekuatan utuk merusak tanah
semakin meningkat.
2.6 Kesimpulan dan saran
Adapun kesimpulan yang
kami peroleh yaitu Hujan yang besar
dapat menyebabkan terjadi tanah longsor karena perakaran tanah yang ada pada
kawasan hutan lindung yang berlokasi didaerah pusuk tersebuat tidak mampu untuk
menahan laju air dan erosi, jenis tanah yang terdapat dalam hutan ini yaitu
tanah entiseptisol. Erosi percikan terjadi pada awal hujan. Inetensitas erosi percikan
juga meningkat dengan adanya air genangan
tetapi etelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali butir hujan, erosi
percikan minimum. Pada saat inilah
proses erosi lembaran dimulai. Makin besar
ukuran butir hujan, momentum akibat jatuhnya butir-butir hujan semakin
meningkat khususnya pada saat energi kinetik mencapai maksimum, yaitu pada
intensitas hujan antara 50-100 mm/jam dan di atas 250 mm/jam. Dengan demikian kekuatan utuk merusak tanah
semakin meningkat.
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu anatara lain
ialah :
- Menutup tanah untuk melindungi dari penghancuran dari butir-butir hujan
- Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah untuk engurangi air limpasan
- Memperbaiki atau meningkatkan stabilitas agregat tanah
- Meningkatkan kekerasan permukaan untuk mengurangi kcepatan air limpasan dan angin.
ACARA III
SISTEM PENGELOLAAN LAHAN
3.1 Pendahuluan
Permasalahan pada sistem
tanam, pengolahan lahan sangat berkaitan dengan teknik konservasi tanah dan air
yang diterapkan pada lahan tersebut. Sitem tanam monokultur tanaman semusim
yang di tanam pada lahan berlereng tanpa menggunakan teras (Gambar diatas)
dapat menyebabkan tanah mudah tererosi. Selain itu pada teras-teras yang dibuat
seringkali tidak diimbangi dengan bangunan penguat teras ataupun tanaman
penguat teras sehingga sering menyebabkan longsor tebing teras. Pada musim
hujan oleh air, pada musim kemarau oleh angin. Jika lapisan atas tanah yang
banyak mengandung unsur hara terosi dan terkena limpasan permukaan oleh air,
secara otomatis tanah pada lahan tersebut enjadi kurang subur. Banyaknya
limpasan permukaan juga mengurangi peluang air masuk ke dalam tanah (infiltrasi)
sehingga ketersediaan air abaik di musim penghujan maupun musim kemarau sangat
kecil. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas lahan akibat adanya
degradasi lahan sehingga lahan tersebut mengalami penurunan daya dukung yang
tidak dapat dimanfaatkan secara berlanjut.
Dalam sistem
ini menyesuaikan antara karakteristik lahan, kondisi sosial ekonomi dan jenis
tanaman. Kesesauaian ini sangat penting untuk menentukan kelas kemapuan lahan
yang nantinya akan disesuaikan dengan tanaman atau vegetasi yang tumbuh
diatasnya agar tetap dapat berproduksi optimal. Tentang metode yang digunakan
sangat bervariasi. Teknik manual yang mengacu pada Djaenuddin, dkk (2003),
selai itu juga dapat menggunakan sistem ALES.
Sistem pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam,
pengolahan lahan, pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama
penyakit tanaman dan konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan
tersebut. Pola tanam tanaman pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas:
padi-padi-palawija; padi-palawija-palawija; dan padi-palawija-bera.
3.2 Tujuan dan kegunaan praktikum
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk
mengindentifikasi sistem pengolahan lahan yang telah dilakukan di Desa Pemenang
dalam upaya mengatasi permasalahan erosi, mengetahui tingkat bahaya erosi,
memperoleh alternatif teknik konservasi tanah dan air sesuai dengan lingkungan
setempat.
Adapun kegunaan dari praktikum lapangan ini
adalah untuk membandingkan teknik pengolahan lahan, baik secara vegetatif dan
kimia guna mendapatkan pengolahan lahan yang cocok guna menanggulangi tingkat
erosi dan kehilangan air.
3.3 Tempat dan tanggal praktikum
Adapun tempat dan tanggal pelaksanaan praktikum ini
ialah:
Tempat Pratikum : Pemenang
Kabupaten Lombok Utara
Tanggal Pratikum : 9 Desember 2012
3.4 Tinjauan pustaka
Pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi
produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat
produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu,
kelembaban, sistem pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover (Djaenuddin , 2006). Pengelolaan lahan sebagai
salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian diperlukan dalam sistem
pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah pada
trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan
seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Pengolahan
tanah menurut kontur/ memotong lereng : Pengolahan tanah yang dilakukan menurut kontur atau sabuk
gunung, baik dengan pembajakan, pencangkulan atau perataan, sehingga terbentuk
alur-alur dan jalur-jalur tumpukan tanah yang searah dengan kontur. Alur tanah
tersebut akan merupakan penghambat erosi. Pengolahan tanah menurut kontur ini
sebainya diikuti dengan penanaman dalam baris-baris memotong lereng (Sumarno,
2006).
Sistem
pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam, pengolahan lahan,
pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman dan
konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut. Pola tanam
tanaman pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas: padi-padi-palawija;
padi-palawija-palawija; dan padi-palawija-bera (Kartasapooetra, 2005).
3.5 Pembahasan
Pada
pembahasan acara yang ke tiga yaiu mengenai System pengelolaan lahan (system
pengelolaan yang secara fisika), model persegi guludan, yang dilaksanakan
didaerah Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Pada kawasan lahan ini jaraknya antar
petak sangat lebar terasnya kurang tepat, tanaman yang ditanaman ada jambu
mente yang memiliki system yang memanjang. Dapat ditanaman tanaman tahunan pada
garis kuntur dengan mengikuti garis kuntur yaitu garis yang memanjang dan
memiliki ketinggian yang sama, misalnya dari bukit satu kebukit yang lain
setiap barisannya memiliki ketinggian yang sama. Garis
kontur adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya
sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Penerapan
sistem pengolahan lahan dengan teknik kontur diharapkan mampu mengendalikan
laju erosi, dimana tanah menjadi longgar dan mudah meresap dalam tanah.
Pada
tahun-tahun berikutnya untuk mengelola tanaman tahunan diusahakan untuk membuat
system guludan. Guludan biasa dibuat pada lahan dengan
kemiringan lereng dibawah 6%, dimaksudkan untuk aliran permukaan yang mengalir
menurut arah lereng. Dibuat menurut kontur, sedikit miring yang menuju saluran
pembuangan. Pada guludan sebaiknya ditanami rumput penguat guludan dan tanaman
tahuan penguat teras seperti lamtoro. Diatas guludan ada
lekukan yang berfungsi untuk menahan air yang jatuh dan untuk mengekang lajunya air yang jatuh /
limpasan air yang kemudian akan mengambil secara perlahan, maksudnya ketika air
sampai pada limpasan itu maka air akan memiliki kecepatan yang lebih rendah
sehingga terjadi aliran secara perlahan, dan mengakibatkan adanya endapan
sehingga erosi yang dibawa endapan ini akan dibawa dan mengelurakan air saja
dan sedikit endapan, jadi karena air yang tidak begitu cepat antara satu
lekukan. Artinya telah banayk mengalami penggerusan / kerusakan, yang perlu
diperhatikan pada saluran ini banyak tanamannya pun tidak baik, justru akan
menyebabkan kecepatan aliran air menjadi lambat pengendapannya jadi tinggi
sehingga pendagkalan saluran akan cepat terjadi.
Pada
kawasan ini untuk penanaman jangan terlalu lebar, dan jangan terlalu tidak ada
tanaman , jadi kecepatan air tidak menjadi lambat , daya degredasi juga tinggi
dan tidak sempat dimanfaatkan oleh sekitarnya dan tidak cepat meresap bahkan
cepat jatuh kebagian bawah. Adapun diantarnya ada system primer, tersier, dan
sekunder. Primer: jarang menimbulkan masalah, tapi biaya besar, awet terukur
(air tidak ada), tersier: langsung kedaerah petakan, sering adanya masalah
dalam pertanian, sekunder : sedikit yang permanen. Saluran permanen pada saat
waktu di bagian irigasi tersebut dijaga. Yang berfungsi apabila terjadi
kecepatan tinggi (degredasi) perembasan air tidak akan sampai kebawah, air juga
tidak boleh dialirkan terlalu cepat harus disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
Biasanya
dalam system guludan yang diterapkan didaerah ini antar tiap guludan itu
ditanaman tanaman tahunan dan antar disini adapun tanaman semusim yang ada
dikawasan ini seperti ubi kayu, kacang-kacangan dsb. Kegunaan yang lain setiap
dari tanaman tahunan ini (kelapa) begitu kering akan jatuh dan disusun sehingga
bahan organic tanah akan tetap terjamin, akan memperkuat guludan. Begitu lapuk
bisa ditanam pada tanaman-tanaman semusim
.pada guludan tersebut disamping untuk meningkatkan produksi lahan
adalah untuk meningkatkan pendapatan para petani : biasnya mensiasati dengan
menanam macam-macam rumput-rumputan seperti rumput gajah. Biasanya petani hanya
menanam kelapa pada jalur kuntur terus hanya kelapa pada setiap barisan, dibuat
guludan dan jatuh pelepahnya dan terbentuk sendiri sehingga petani mengimbun,
jarak antar satu guludan dengan yang lainnya dapat dimanfaatkan tiap tahunnya.
3.6 Kesimpulan dan saran
Adapun
kesimpulan yang kami peroleh yaitu Dibawah guludan dibuat system saluran
diatasnya maksudnya untuk menampung air limpasan yang dari atas yang turun
kebawah, sehingga kecepatan air perlahan pada bagian daerah saluran itu
mengakibatkan endapannya lebih banyak dan yang keluar adalah diharapkan tanah
dan air yang menampung dibawah menjadi saluran itu. Setelah satu periode
biasanya para petani mengeruk kembali endapan yang ada disalurkan dan
dikembalikan kembali keatas. Jadi dengan demikian kehilangan tanah/erosi
pertahun diperkecil.
Adapun
saran yang dapat kami berikan untuk system pengolahan lahan ini adalah dengan menerapankan sistem pengolahan lahan dengan teknik kontur
diharapkan mampu mengendalikan laju erosi, dimana tanah menjadi longgar dan
mudah meresap dalam tanah. Pada tahun-tahun berikutnya untuk mengelola
tanaman tahunan diusahakan untuk membuat system guludan. Guludan
biasa dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng dibawah 6%, dimaksudkan untuk
aliran permukaan yang mengalir menurut arah lereng.
ACARA IV
SALURAN AIR
4.1 Pendahuluan
Masalah lingkungan dan pengembangan
suatu wilayah saat ini dan ke depan merupakan permasalahan yang tidak bisa
dilepaskan. Kondisi geografis, ketersediaan faktor pendukung yang berasal dari
alam seperti kondisi geologi, curah hujan, air tanah, daerah resapan dan lahan
hijau sudah mutlak harus dipertimbangkan karena akan menjadi penentu kenyamaan
hidup manusia di dan sekitar lingkungan tersebut. Lebih jauh lagi masalah
konservasi sumber-sumber alam seperti air dan lahan hijau di masa akan datang
akan menjadi masalah utama.
Air adalah kebutuhan vital dalam
kehidupan seperti untuk konsumsi minum dan aktivitas rumah tangga, industri,
pertanian dan lain-lain. Begitu sentralnya fungsi air bagi kehidupan dan terus
meningkatnya pemakaian air seiring dengan semakin kompleksnya aktivitas manusia
pengetahuan dan kesadaran dalam penggunaan dan konservasi air tanah sudah
menjadi keharusan. Faktor-faktor seperti struktur top soil (tanah bagian atas)
dan batuan ( termasuksifat-sifat fisisnya) dibawahnya sebagai akuifer dan
reservoir air perlu menjadi pengetahuan bagi masyarakat, disamping itu
pengetahuan tentang polutan, siklus air tanah yang meliputi daerah resapan,
akuifer dan reservoir serta menejemen pemakaian air tanah juga menjadi hal yang
sangat penting bagi konservasi air tanah.
Bencana yang sering terjadi akibat
faktor curah hujan dan kemampuan daya dukung lahan untuk dalam menyerap dan
menampung air hujan, memberikan akibat banjir di musim hujan dan kekeringan
disaat musim kemarau. Untuk wilayah dataran seperti Rancaekek banjir dan
kekeringan merupakan masalah yang tiap tahun terjadi ditambah lagi adanya
pencemaran air permukaan dan air tanah karena saluran air dan sungai telah
dijadikan sebagai sumber air sekaligus sebagai saluran pembuangan limbah oleh
industri sekitarnya dan juga dari rumah tangga. Untuk hal ini sebelumnya telah
dilakukan suatu penelitian geofisika untuk mendapatkan informasi struktur
pelapisan batuan, jenis batuan dan daya tampung tanah atau batuan terhadap air
sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan wilayah tersebut.
4.2 Tujuan dan kegunaan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai kerentanan tanah dan
bantuan tehadap bencana banjir, polusi air dan kekeringan dalam bentuk penyuluhan
dan konservasi tanah dan polutan air tanah dan lingkungan serta Memberikan pengetahuan
tentang bahaya-bahaya kerusakan lingkungan dan polusi terhadap konservasi air
tanah.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
dapat mengantisipasi dan menanggulangi bahaya banjir, polusi air dan
kekeringan. Sedangkan bagi kalangan kampus kegiatan bisa dijadikan sebagai
sarana untuk melasanakan dharma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
sehingga peran kampus dalam lngkungan masyarakat terasa.
4.3 Tempat dan tanggal praktikum
Praktikum
ini dilaksaanakan di Desa Pemenang barat ,Kabupaten Lombok utara, pada tanggal
9 Desember 2012
4.4 Tinjauan pustaka
Air sangat di perlukan bagi tanaman. Kekurangan air dalam
pemeliharaan turgor sel tanaman dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman
karena penurunan turgor sel dapat mengakibatkan menutupnya stomata sehigga
segingga proses fotosintesis terhambat (Arifin, 2002).
Pengelolaan air dibedakan dalam:
1. Pengelolaan air
makro yaitu penguasaan air di tingkat kawasan reklamasi. Pengelolaan air makro
ini bertujuan untuk membuat lebih berfungsi yaitu dengan :
a. Jaringan
drainase - irigasi: navigasi, primer, sekunder.
b. Kawasan retarder, kawasan sempadan,
dan saluran intersepsi.
c. Kawasan tampung hujan
2. Pengelolaan air
mikro yaitu pengaturan tata air di tingkat petani
Konservasi tanah dan air merupakan upaya pengawetan dan
pemeliharaan tanah dan air yang diterapkan pada suatu lahan. Teknik konservasi
tanah dan air yang dapat diterapkan diantaranya pembuatan teras, penerapan
multi cropping pada suatu lahan, penanaman tanaman rumput sebagai penguat teras
dan disekitar aliran sungai sebagi filter, pembuatan saluran pembuangan air. (Kartasapoetra,2005).
Irigasi
adalah penambahan kekurangan air tanah secara buatan dengan memberikan air secara
sistematis pada tanah yang diolah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup
agar tersedia lengas pertumbuhan tanaman. Perlu diingat bahwa dalam pemberian
air tidak boleh sampai berlebihan (melebihi kebutuhan air yang diperlukan
tanaman) karena kebutuhan air yang berlebihan akan merusak tanaman (Anonim,
2012).
Drainase
adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa
Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan
penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir (Anonim,2012).
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
4.5 Pembahasan
Pada praktikum
Saluran air ini bertempat dikawasan Lombok Utara tepatnya didaerah Pemenang
Barat. Saluran air dikenal dengan berfungsi menyalurkan air. Dalam pertanian
saluran air ini disebut sebagai saluran irigasi dan daerah irigasi. Saluran
dalam praktikum ini yang kita amati ada dua saluran yaitu saluran tersier yaitu
merupakan saluran air yang relative lebih kecil sedangkan saluran air sekunder
merupakan saluran air yang relative lebih besar. Maka dari itu perlu diterapkan
tekhnik konservasi yaitu bagaimana cara mengatur / mempertahankan agar saluran
itu tidak cepat rusak.
Pembagian
saluran air disini yaitu saluran permanen dan saluran alami. Dimana saluran
permanen itu merupakan saluran air yang memerlukan pembetonan dan penyembuan
agar lebih bertahan sedangkan saluran
alami merupakan saluran yang tidak ada campur tangan manusia atau tidak dibuat oleh
manusia. Maksudnya pembuatan ini adalah : bagaimana kapasitas air dapat
terpenuhi, karena jika sudah meluap banyak maka jelas tidak dapat melaksanakan
fungsi dengan baik akibatnya air kemana
–mana, sebagian hilir bawah dapat mengalami atau tidak kebagian air sebagaimana
mestinya. Hal yang perlu diperhatikan masalah kecepatannya, kecepatan yang
tinggi dengan jumlah saluran yang kecil pun tidak efesien karena hal tersebut
dapat mendegradasi / merusak pinggiran-pinggiran dari pada saluran air.
Saluran
tidak permanen / buatan dengan adanya rumput-rumput disekitar sangat membantu
dari pada tekhnik konservasi karena akan meningkatkan koefisien bagian bawah /
samping dari pada saluran. Dan jika semakin besar / tinggi dari pada jumlah
rumput / tanahnya koefsien akan menyebabkan kekasarannya semakin tinggi dan
kecepatannya menjadi lambat. Kecepatan yang lambat menyebabkan daya terjang
menjadi rusak dan menjadi kecil , lebar yang beda menyebabkan saluran makin
mengecil. Banyaknya tanaman menyebabkan
saluran cepat rusak, disbanding dengan yang tidak ada tanaman sama
sekali. Tidak adanya tanaman menyebabkan cendrung akan terbentuk tanaman
parabola.
4.6 Kesimpulan dan saran
Adapun kesimpulan dari praktik ini
adalah Saluran air merupakan suatu
megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem
biologis (biological systems) dan sistem manusia (human systems). Saluran
dalam praktikum ini yang kita amati ada dua saluran yaitu saluran tersier yaitu
merupakan saluran air yang relative lebih kecil sedangkan saluran air sekunder
merupakan saluran air yang relative lebih besar. Maka dari itu perlu diterapkan
tekhnik konservasi yaitu bagaimana cara mengatur / mempertahankan agar saluran
itu tidak cepat rusak. Pembagian saluran air disini yaitu saluran permanen dan
saluran alami. Dimana saluran permanen itu merupakan saluran air yang
memerlukan pembetonan dan penyembuan agar lebih bertahan sedangkan saluran alami merupakan saluran
yang tidak ada campur tangan manusia atau tidak dibuat oleh manusia
Adapun saran yang dapat kami brikan
yaitu diperlukan keterlibatan semua unsur masyarakat dalam membangkitkan
kesadaran terhadap permasalahan lingkungan terutama masalah air sehingga mampu
membangkitan suatu gerakkan nyata dan mempunyai kekuatan untuk melestarikan
lingkungan yang bersih
dan
sehat
ACARA V
PENGENDALIAN EROSI SECARA VEGETATIF
5.1 Pendahuluan
Dalam rangka pembangunan pertanian
berkelanjutan, maka pengelolaan lahan harus menerapkan suatu teknologi yang
berwawasan konservasi. Suatu teknologi pengelolaan lahan yang dapat mewujudkan
pembangunan pertanian berkelanjutan bilama memiliki ciri seperti : dapat
meningkatkan pendapatan petani, komoditi yang diusahakan sesuai dengan kondisi
bio fisik lahan dan dapat diterima oleh pasar, tidak mengakibatkan degradasi
lahan karena laju erosi kecil, dan teknologi
tersebut dapat diterapkan oleh
masyarakat (Sinukaban, 1994).
Ada beberapa teknologi untuk merehabilitasi
lahan dalam kaitannya dengan pembangunan yang berkelanjutan (Sinukaban, 2003)
yaitu :
a. Agronomi
yang meliputi teknis agronomis seperti TOT, minimum tillage, countur farming,
mulsa, pergiliran tanaman (crop rotation), pengelolaan residu tanaman, dll.
b. Vegetatif
berupa agroforestry, alley cropping, penanaman rumput.
c. Struktur/konstruksi
yaitu bangunan konservasi seperti teras, tanggul, cek dam, Saluran, dll.
d. Manajemen
berupa perubahan penggunaan lahan. Tanah dengan penutup tanah yang baik berupa
vegetasi, mulsa residu tanaman akan memperkecil erosi dan run off. Harsono
(1995), lahan tertutup dengan hutan, padang rumput dapat mengurangi erosi
hingga kurang dari 1% dibandingkan dengan tanah terbuka.
Permukaan tanah dengan penutupan yang
baik dapat berdampak terhadap :
- Menyediakan cadangan air tanah
- Memperbaiki/menstabilkan struktur tanah,
- Meningkatkan kandungan hara tanah, sehingga lebih produktif
- Mempertahankan kondisi tanah dan air.
- Memperbaiki ekonomi petani.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena
selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki
nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS
(Hamilton, et.al., 1997).
5.2 Tujuan dan kegunaan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui bagaiaman cara dan tehnik pengendalian pengendalian erosi
khususnya dalam pengendalian secara vegetatif di wilayah senggigi.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu Beberapa kegunaan yang sangat penting
dari metode vegetatif yaitu ; Untuk melindungi tanah terhadap daya
perusak butir- butir hujan yang jatuh, Melindungi tanah terhadap daya perusak
aliran air di atas permukaan tanah dan Untuk memperbaiki kapasitas infiltrasi
tanah dan penahan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
5.3 Tempat dan tanggal praktikum
Adapun tempat dan tanggal praktikum yang
dilaksanakan pada :
Tempat : Desa Malimbu , kabupaten
Lombok utara.
Tanggal : 9 Desember 2012
5.4 Tinjauan pustaka
Metode Vegetatif
merupakan metode yang mempergunakan tumbuhan atau tanaman dan sisa-sisanya
untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, jumlah dan daya rusak aliran
permukaan. Fungsi tumbuhan dalam metode ini untuk : a) melindungi tanah dari
daya perusak butir-butir hujan, b) melindungi tanah dari aliran permukaan, dan
c) memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang akan
mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Termasuk dalam metode vegetatif ini
diantaranya; budidaya tanaman semusim (jagung, kacang tanah, dan lain-lain)
secara musiman atau tanaman permanen, penanaman dalam strip cropping,
pergiliran tanaman, sistem pertanian hutan (agro forestry), pemanfaatan
sisa tanaman (Wudianto, R., 1989).
Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara
vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik
tanaman tahunan maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini
sering dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara
pengelolaan.(Sinukaban, 2003). Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat
menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :
- memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah,
- penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi,
- disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi.
Pengelolaan secara vegetatif
merupakan salah satu teknologi konservasi tanah dan air dalam rangka menuju
pertanian berkelanjutan. Teknologi ini dapat memelihara kestabilan struktur
tanah melalui sistem perakaran dan penutupan lahan sehingga dapat meningkatkan
infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi, memperbaiki hara tanah serta memiliki
nilai ekonomi. Teknologi ini tepat diterapkan pada suatu DAS dengan distribusi
aliran yang memiliki perbedaan yang cukup besar antara volume aliran puncak dan
aliran dasar. Karena dengan menghutankan suatu DAS, maka aliran sungainya
secara terus menerus dalam musim kering besarnya mencapai 2,5 kali lipat dari
aliran sungai yang berasal dari DAS yang tidak berhutan.
5.5 Pembahasan
Pada praktikum
acara lima ini yaitu acara yang terakhir yang berada dikawasan Lombok utara
yaitu daerah Malimbu yang akan dibahas mengenai pengendalian erosi secara
vegetative tekhnik ini menggunakan tanaman. Adanya erosi pada kawasan ini
diperkirakan karena tanamannya mengikuti kemiringan lahan tidak mengikuti
kontur. Pada daerah ini system kontur belum diterapkan (tidak rapi-rapi amat). Dibagian
tanah yang kosong terdapat ada beberapa pengendalian erosi melalui vegetative
namun sedikit step kontur yang diterapkan. Jenis tanaman yang digunakan yaitu
tanaman pagar. Yang merupakan tanaman pagar yaitu tanaman yang berfungsi
sebagai penguat teras adalah tanaman banten, tanaman lamtoro dan tanaman gandal
, rata-rata tanamn seperti ini terdapat di daerah Sumbawa. Contoh dari tanaman
ini yaitu tanaman legume tanaman yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan
pupuk hijau.
Ditempat ini ada
keadaan yang rapid dan ada yang tidak rapi dimana keadaan yang rapi mengikuti
kontur dan selok sedangkan keadaan yang tidak rapi tidak mengikuti kontur yang
ada. Dimana dikeadaan yang tidak rapi sebagian sudah diterapkan dan sebagiannya belum. Tanaman pagar disini
digunakan untuk pengendalian secara vegetative dan bukan meruapakan tanaman
tahunan, yang dapat digunakan untuk menahan laju erosi.
5.6 Kesimpulan dan saran
Adapun
kesimpulan yang dapat kami peroleh yaitu setiap usaha pengendalian erosi tanah
mempunyai nilai keuntungan ekonomis yang berbeda, serta mempunyai kemampuan
yang berbeda pula dalam menekan laju erosi. Selain macam tanaman, sistem
pengelolaan dan metode pengendalian yang digunakan berpengaruh terhadap
besarnya laju erosi. Dari kenyataan ini, maka dapat disusun berbagai alternatif
pemilihan usaha pengendalian erosi tanah berdasarkan keuntungan dan risiko
besarnya erosi yang mungkin terjadi. Selanjutnya para pengelola sumberdaya
(misal: petani) dapat diarahkan agar bersedia untuk memilih tanaman dan metode
pengendalian erosi yang mampu memberi keuntungan cukup tinggi serta risiko
timbulnya erosi serendah-rendahnya. Salah satunya dengan mnerapkan pengndalian
erosi secaara vegetative.
Adapun saran
yang dapat kami berikan yaitu untuk menerapakan teknik konservasi tanah dan
air lebih mengacu pada cara penanggulangan erosi karena jika erosi sermakin
besar dan tidak ditanggulangi maka kesuburan tanah akan berkurang dan
meyebabkan degradsai lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan
dapat melalui dua cara yaitu secara vegetatif dan mekanik.
thanks mba, udah buat laporan ini... jadi ada bayangan buat saya tuki nyusun laporan
BalasHapusmas sumbernya jangan lupa dicantunmin.
BalasHapusterimakasih