A.
PENDAHULUAN
Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga
bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya
padi gogo rancah. Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap
tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini
sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan pada tanah-tanah
yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo rancah
dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam,
penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu.
Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah produksi yang dihasilkan tidak
sebesar dengan sistem tanah sawah.
Seperti di Daerah Jawa, Khususnya
Ngambarsari, dan daerah luar Jawa seperti sulawesi selatan tercatat sebagian
lahannya sawah tadah hujan yang hanya dapat ditanami sekali setahun. Pertanaman
padi diareal tersebut sering kali gagal panen karena mengalami kekurangan air,
baik untuk pengolahan tanah maupun untuk pertumbuhan tanaman. Petani pada
umumnya menunggu sekitar dua bulan sejak turunnya hujan untuk melakukan
pengolahan tanah karena pada waktu tersebut air sudah menggenangi sawah.
Akibatnya waktu tanam tertunda, sehingga pada fase pertumbuhan generatif,
tanaman sering mengalami kekeringan dan gagal panen.
Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi ancaman kekeringan pada lahan sawah tadah hujan adalah dengan sistem
bertanam padi gogorancah. Sistem ini berarti bercocok tanam padi di sawah
pada musim hujan, dengan menerapkan gabungan antara sistem gogo dan padi sawah.
Sistem ini juga cocok untuk lahan beririgasi yang mendapat pengairan terlambat.
B. PENGOLAHAN TANAH
1.
Tanpa olah tanah
Tanpa olah tanah adalah suatu sistem olah tanah untuk budidaya pertanian
dimana solum tanah dibiarkan seperti semula tanpa disentuh alat olah tanah.
Dalam sisten ini tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali untuk sekedar membuat
alur kecil atau lobang tegalan untuk menempatkan benih.
2.
Pengolahan tanah sempurna
·
Waktu mengolah tanah sebaiknya dilakukan
sebelum hujan turun atau segera setelah tanaman padi gadu atau palawija.
·
Tanah diolah dengan menggunakan bajak
dan cangkul, dengan kedalaman 15-20 cm.
·
Setelah hujan turun satu sampai dua kali
tanah segera dihaluskan dan kemudian diratakan
·
Di buat saluran pembuangan air setiap
jarak 5 m atau menurut kebutuhan memanjang sesuai dengan petakan sawah.
C.
PENANAMAN
1. Waktu tanam
1. Waktu tanam
·
Waktu penugalan benih yaitu pada awal
musim hujan, kira- kira setelah turun hujan 2-3 kali, atau apabila kelembaban
tanah telah memungkinkan
·
Apabila sebelumnya masih ada tanaman palawija,
penugalan benih dapat dilakukan yaitu 1-1.5 bulan menjelang palawija di panen.
2.
Cara tanam
·
Dapat dilakukan secara tugal ataupun
larikan
·
Agar penugalan / larikan lurus
gunakanlah bantuan tali
Jarak tanam
·
Cara tugal 20 x 20 cm atau 25 x 25
cm - cara larik, jarak antar barisan 20-30 cm
·
Setelah benih dimasukkan lobang segera
ditutup dengan tanah yang gembur
D.
PEMELIHARAAN
Pada
tahap permulaan selama 35-45 hari tanaman padi dipelihara dengan sistem gogo.
Apabila curah hujan diperkirakan telah mencukupi untuk penggenangan sawah
secara terus- menerus, pertanaman digenangi setinggi 5-10 cm atau disesuaikan
dengan tinggi tanaman dan padi dipelihara dengan sistem padi sawah.
E.
PEMUPUKAN
·
Pemupukan pertama 50 kg urea, 50 kg ZA,
50 kg SP-36 dan 50 kg KCI diberikan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah
tumbuh.
·
Sisa dosis (50 kg urea) diberikan pada
saat primordia bunga, yaitu umur 40-45 hari untuk umur genjah dan umur 55-65
hari untuk umr sedang
·
Cara pemupukan yaitu disebarkan kedalam
alur atau larikan yang dibuat diantara barisan tanaman padi
·
Setelah pupuk ditabur kedalam larikan,
segera ditutup dengan tanah dan diusahakan pemupukan pada keadaan tanah cukup
lembab.
·
Jika air telah cukup untuk menggenangi
pertanaman, pemupukan dapat dilakukan dengan cara ditebar merata.
F.
PENGAIRAN
Pada tahap permulaan selam 35-45 hari tanaman padi
dipelihara dengan sistem gogo Apabila curah hujan diperkirakan telah mencukupi
untuk penggenangan sawah secara terus- menerus, pertanaman digenangi setinggi
5-10 cm atau disesuaikan dengan tinggi tanaman dan padi dipelihara dengan
sistem padi sawah.
G.
PENYIANGAN
·
Penyiangan dilakukan seawal mungkin
sesuaikan dengan keadaan gulma
·
Penyiangan secara kering dapat dilakukan
pada umur 15 dan 30 hst.
·
Penyiangan secara basah dilakukan pada
minggu pertama dan minggu ketiga setelah penggenangan.
·
Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan menggunakan herbisida yang sesuai rekomendasi setempat
H.
PENGENDLIAN TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT
Tanda- tanda serangan organisme
pengganggu sama dengan tanda- tanda serangan pada padi sawah. Demikian pula
cara- cara pengendaliannya mengikuti anjuran setempat.
Penyakit: Blast dan bercak coklat.
Hama dan
penyakit utama yang sering menyerang tanaman padi adalah tikus, penggerek
batang, walang sangit, dan burung. Hama-hama ini umumnya menyerang kalau
terjadi penundaan waktu tanam (tanam terlambat). Padi yang ditanam pada awal
musim hujan umumnya tidak atau sangat kurang terserang hama dan penyakit
tersebut. Hama tikus dikendalikan dengan menggunakan umpan beracun.
Hama-hama
penting
Penggerek batang padi putih
("sundep", Scirpophaga innotata)
Penggerek batang padi kuning (S.
incertulas)
Wereng batang punggung putih (Sogatella
furcifera)
Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
Lembing hijau (Nezara viridula)
Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Lalat bibit (Arterigona exigua)
Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura
dan S. exigua)
Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit-penyakit
penting
blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
hawar daun
bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
Penyakit:
Blast dan bercak coklat
I.
PEMANENAN
Dilakukan sebaiknya pada fase masak
panen dengan ciri kenampakan 90% gabah sudah menguning.
Panen pada fase masak lewat panen, yaitu
saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan
banyak gabah rontok saat panen.
Sebaiknya panen dilakukan dengan sabit
bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher.
Perontokan dengan memukul-mukul batang
padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang
cukup besar sampai 3,4%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar